Apakah Moralitas Bersifat Universal?
proclinicperditadipeso-Pertanyaan ini adalah salah satu perdebatan terbesar dan terlama dalam filsafat moralapakah ada standar benar-salah yang berlaku untuk semua manusia di semua tempat dan zaman(moralitas universal), ataukah moralitas selalu relatif terhadap budaya, zaman, individu, atau situasi?
Argumen Pendukung Moralitas Universal (Objektivisme Moral)
a. Intuisi Moral Manusia yang Umum
Hampir semua masyarakat mengutuk pembunuhan orang tak bersalahpencurian, pengkhianatan, dan perkosaan.Antropolog Donald Brown (1991) menyebutnya “human universals
Larangan inses, kewajiban membalas budi, dan empati terhadap penderitaan juga muncul di mana-mana.
b. Argumen Platonis–Kantian
Plato (dalam dialog Euthyphro) apakah sesuatu baik karena para dewa menyukainya, atau para dewa menyukainya karena itu baik?Jawaban Plato: ada Idea Kebaikan yang transenden.
Kant (Groundwork, 1785): Imperatif Kategoris (“Bertindaklah hanya menurut maksim yang dapat kau
kehendaki menjadi hukum universal”) bersifat a priori dan berlaku mutlak bagi setiap makhluk rasional.
c. Hukum Alam Klasik (Aquinas, Locke, Grotius)
Ada hukum moral yang dapat dikenali oleh akal budi manusia, sama seperti hukum fisika dapat dikenali oleh ilmu pengetahuan.
d. Realisme Moral Kontemporer
Filsuf seperti David Enoch, Russ Shafer-Landau, dan Erik Wielenberg berargumen bahwa pernyataan moral (“Penyiksaan bayi untuk kesenangan adalah salah”) bisa benar atau salah secara objektif, sama seperti pernyataan matematika atau ilmiah.
semakin besar ruang untuk pluralisme yang wajar.Jadi:
- Moralitas tidak sepenuhnya universal seperti hukum gravitasi.
- Tapi juga tidak sepenuhnya relatif seperti selera musik.
Ada inti yang sangat keras (hard core) yang tampaknya tidak dapat dinegosiasikan oleh manusia yang waras, dan di luarnya ada zona abu-abu yang luas tempat budaya, agama, dan refleksi pribadi berhak berbicara.